Revisian tesis sudah dikirim ke salah satu dosen penguji. Apalagi pikirku? Sudah beberapa hari ini aku merasa bosen. Akhirnya aku memutuskan untuk mencoba lihat-lihat dan baca-baca lowongan pekerjaan yang sesuai dengan jenjang pendidikan saya yang tinggi. Begh!!! S2! Keren ya... Namun sayang tanpa pengalaman kerja. Ach... Sulit sekali rasanya kalau melihat kriteria yang mereka minta. Aku tak punya pengalaman kerja apapun.
Sebelumnya, aku mengecek email dari milinglis dengan judul "terima kasih - trip Bromo, Sempu, Malang 24-36 Jan". Aku tertawa. Mana ada 36 Januari. Tapi karena judul yang salah ketik itu akhirnya, aku membaca emailnya. Biasanya yang ada tulisan "Indobackpacker" akan langsung aku masukkan ke folder IBP tanpa aku baca sama sekali. Ntah mengapa biasanya juga malas untuk mencari tau orang yang menulis. Aku pun mem-facebook mbak satu ini. Biasanya itu yang aku lakuin. Ngeliat profil seseorang yang ga aku kenal di fb. Kali aja dia ada di sana. Ternyata tidak ada. Akhinrya googling. Ternyata dia ada di linkend. Ternyata lulusan dari almameter yang sama. MPRK angkatan VIII sedangkan aku angkatan X. Kukirim dia email dan dia pun menjawab. Selain beremail, akhirnya whatsapp dan fb pun menjadi media kita untuk berkomunikasi. Pemikiran baru yang aku dapat: Aku harus belajar lagi menggunakan kata saya daripada aku mengingat banyak dari teman seangkatan dan teman main lebih senior. Aih... Kebiasaan baru yang harus dipelajari kembali.
Ok. Kembali ke browsing mencari kerja. Kuketik "NGO - konflik". Yang muncul pertama malah halaman page asal Malaysia dengan bahasa Melayunya.
SHAH ALAM – Kerajaan Pusat dan Negeri perlu lebih serius berbincang mengenai krisis isu air di Selangor dengan mengetepikan kepentingan politik dan campur tangan pertubuhan bukan kerajaan (NGO).
Ada kata lucu disitu. "Pertubuhan bukan kerajaan" untuk menyebut NGO. Kalau di dalam bahasa Indonesia menjadi "Lembaga Swadaya Masyarakat" untuk menyebut Organisasi non pemerintah kalau NGO diterjemahkan secara harfiah. Bagi pengecap bahasa Indonesia, tentu kata itu aneh dan terkesan lucu. Pertubuhan bukan kerajaan. A body which is not a kingdom. Tubuh yang bukan kerajaan. Dipikir-pikir, terkadang bahasa itu bisa menjadi alat terapi untuk membuat kita tertawa. Jadi terpikir, kira-kira kata-kata apa di Indonesia bagi orang Malaysia itu terkesan lucu dan aneh ya?
Jadi teringat pengalaman ketika di Malaysia. Makan malam di resto bersama dengan keluarga Malaysia. Karena berada di komunitas melayu, aku pun menggunakan bahasa Indonesiaku karena pasti mereka mengerti karena akar dari bahasa kita sama. "Saya minta sendok," pintaku kepada pelayan. Seketika semua pelanggan di situ yang bisa mendengar suaraku langsung menoleh ke diriku. "Eh, ada yang salah kah?", pikirku.
Temanku pun bertanya, "Untuk apa kamu meminta sendok?".
"Ya untuk makan," ujarku.
"Spoon."
Ternyata orang Malaysia menggunakan kata "sudu" untuk "sendok". Sedangkan "sendok" bagi mereka adalah centong/sendok besar untuk mengambil nasi atau lauk-pauk. Wahahaha... Pantesan semua orang terkesima denganku ketika aku meminta sendok untuk makan. Mungkin pikir mereka, "Ini cewek udik banget sih makan aja pake centong besar..."
Ah, bahasa itu memang menyenangkan meskipun terkadang membuat kita malu atau bahkan dimaki-maki orang...
No comments:
Post a Comment