"Ketika seseorang selalu tergantung dengan membaca resep masakan dan
mengikutinya, maka dia tidak akan mempunyai sense atau insting bila rasa atau
tekstur masakannya itu sudah sesuai atau belum."
-Leahism-
Kemarin, Yvonne dan aku memutuskan untuk makan siang dengan
"pannenkoeken" atau dengan "crêpe" kata orang Perancis
bilang, atau kita sih menyebutnya serabi hehehehe... Seperti biasa, Yvonne yang
memasak. Yvonne terbiasa memasak dengan melihat resep. Beliau akan mengikuti
resep sedetail-detailnya, bahkan untuk takaran dan durasi memasak. Oke! Adonan
sudah dibuat. Dia bilang sudah selesai dan siap untuk dimasak. Aku bergumam
dalam diriku sendiri, "Yakin?" Karena aku melihat si adonan itu
terlalu kental dan tidak bisa berguling guling kesana kemari hohoho... Karena
Yvonne sudah bilang "Het is goed" maka aku tak sampai hati untuk
bilang bahwa adonannya tidak terlalu cair. Jadi, aku membiarkan saja. Mungkin
memang seperti itu yang diinginkan oleh Yvonne.
Dan beberapa menit kemudian. "Uh-oh, adonannya terlalu kental. Jadi
dia menumpuk di tengah." Hahahaha... Si serabi jadi gembul, dan menurutku
seperti UVO. Beliaupun tetap memasaknya dan menaruhnya di piring ketika
menurutnya si crêpe itu sudah matang.
Aku pun siap-siap memakannya. Dan Eng ing eng... Si pancake masih mentah di
dalam dan tentu tidak enak dimakan. Jadi kita pun membuangnya. Langkah
selanjutnya adalah menambahkan susu cair ke dalam adonannya. Dan lagi, karena
tante Yvonne terbiasa dengan resep masakan, beliau yang ramah ini pun ragu-ragu
untuk menambahkan si air putih tersebut. Takut adonannya masih terlalu kental
atau malah terlalu cair. Akhirnya, aku yang menuangkan susu tersebut ke dalam
adonan. Untuk menenangkan dan memantabkan hatinya, aku pun bilang, "Het is
goed nu!"
Ending cerita, kita pun makan si serabi dengan riang gembira di kebun
belakang rumah dengan sang mentari yang lumayan bersinar dengan cerahnya.
No comments:
Post a Comment