LEAHISM

What I see. What I hear. What I feel. What I do.

Welkom! Welcome! Selamat Datang!

Ik aanbiden deze blog in het Nederlands, Engels en Indonesisch. Ik hoop dat jij geniet ervan.

I serve this blog in Dutch, English, and Indonesian. I hope you enjoy it.

Aku menyuguhkan blog ini dalam Bahasa Belanda, Bahasa Inggris, dan Bahasa Indonesia.
Aku harap kamu menikmatinya.

Musim Semi di Banyuwangi

Pekan lalu tiba-tiba cuaca di Banyuwangi menjadi dingin. Hal ini juga terjadi di kota-kota lainnya di pulau Jawa seperti Jakarta, Yogyakarta, dan Malang. Awalnya aku membaca link salah satu teman di Facebook yang tinggal di Jakarta. Jakarta yang terkenal dengan panas dan gerah itu, mendadak bersuhu dingin. Menurut BMKG hal ini dikarenakan bumi tidak disinari oleh matahari. Tebalnya awan membuat sinar matahari tidak dapat menembus perisai bumi tersebut sehingga tidak dapat mencapai permukaan tanah. Hal ini menyebabkan udara menjadi dingin.
Kupikir hal ini hanya terjadi di Jakarta, namun lama kelamaan aku rasakan hawa yang sama di Banyuwangi. Pada malam hari, termometer dinding yang juga disebut termometer rentang skala, untuk pertama kali dalam sejarah mencapai titik 24 derajat Celsius atau 76 derajat Fahrenhait. Aku pun takjub. Untuk pertama kalinya aku merasakan Banyuwangi seperti musim semi akan beranjak ke musim panas. Tidak lama, dari status beberapa teman di Facebook diketahui bahwa di kotanya masing-masing bersuhu dingin. Ku tanya teman di Malang, dia menyebut bahwa suhunya mencapai sekitar 15-18°C. Woooooot!!!!
Berbicara mengenai termometer dinding, di mana penggunaannya biasanya dipasang di dinding dalam posisi vertikal itu, mengingatkanku ketika aku pertama kali membelinya di Jember. Ya, ketika itu aku masih duduk di bangku kuliah S1. Kupikir dia rusak. Si tanda merah hanya berhenti di angka 30 tidak bergerak-gerak. Akupun kembali ke toko dan mengutarakan keluhanku. "Mas kayaknya termometernya rusak deh. Dia ga gerak-gerak." Masnya pun menjawab, "Memang begitu mbak. Coba deh nanti dimasukkan ke dalam kulkas. Tunggu beberapa menit. Kemudian lihat perbedannya."
Sampai di kosan, aku pun mencobanya. Benar. Setelah sedikit agak lama di kulkas, dia pun berubah. Seiring dengan suhu ruangan, termometer pun perlahan tapi pasti kembali ke angka 30. Aku pun baru sadar bahwa suhu saat itu 30°C. Mengapa tidak bergerak-gerak? Hal ini dikarenakan suhu di Indonesia cenderung konstan. Indonesia tidak memliki iklim subtropis maupun iklim gurun, itulah mengapa suhu di Indonesia selalu sama sepanjang tahun. Meskipun ada, maka perbedaanya hanya sekitar 2-3 derajat antara malam dan siang hari.

No comments:

Post a Comment